Firing order motor diesel 4 tak
Urutan Pembakaran(Firing Order)
Urutan Pembakaran adalah pembakaran yang terjadi secara berurutan yang disesuaikan dengan proses kerjanya setiap silinder mesin.
Perlu diketahui bahwa pada Motor Diesel 4-tak setiap 2 (dua) putaran Poros engkol atau 2 x 360° akan menghasilkan 1 (satu) kali pembakaran untuk 1 (satu) silinder pertama.
Apabila motor tersebut dilengkapi dengan 6 (enam) silinder, maka setelah pembakaran silinder pertama akan disusul pembakaran silinder berikutnya dengan jarak sudut sebesar (2 x 360°) : 6 = 120° poros engkol.
Jadi untuk putaran berikutnya dalam 2 x putaran poros engkol seluruh 6 (enam)* silinder tersebut sudah melakukan pembakaran.
Pada Motor Diesel 2-tack setiap 1 (satu) putaran Poros engkol atau 1 x 360° akan menghasilkan 1 (satu) kali pembakaran untuk 1 (satu) silinder pertama.
Apabila motor tersebut dilengkapi dengan 6 (enam) silinder, maka setelah pembakaran silinder pertama akan disusul pembakaran silinder berikutnya dengan jarak sudut sebesar (1 x 360°): 6 = 60° poros engkol.
Jadi untuk putaran berikutnya dalam 1 x putaran poros engkol seluruh 6 (enam) silinder tersebut sudah melakukan pembakaran.
Pembakaran-pembakaran tersebut terjadi disesuaikan dengan kedudukan Antar pena engkol (crank pin) dan posisi langkah akhir kompresi, yang mana torak hampir mendekati TMA. Kesimpulannya bahwa urutan pembakaran dapat dilihat pada posisi:
⚪Kedudukan pena engkol antar silinder motor.
⚪Torak pada posisi akhir langkah kompresi.
⚪Pompa tekan bahan bakar mulai menekan ke pengabutan.
⚪Katup masuk dan katup buang dalam keadaan tertutup.
⚪Air Starting Distributor pada posisi urutan antar silinder.
⚪Kedudukan pena engkol antar silinder motor.
⚪Torak pada posisi akhir langkah kompresi.
⚪Pompa tekan bahan bakar mulai menekan ke pengabutan.
⚪Katup masuk dan katup buang dalam keadaan tertutup.
⚪Air Starting Distributor pada posisi urutan antar silinder.
Dengan dasar tersebut diatas, maka urutan pembakaran (firing order) tidak terjadi secara berurutan sesuai nomor Urut silinder, tetapi sesuai perhitungan dari pabriknya (maker), contoh:
Motor Diesel 4-tack 6 silinder urutan pembakarannya = 1-5-3-6-2-4 ,
ada juga dengan urutan = 1-3-5-6-4-2 atau 1-4-2-6-3-5, dan bukan urut mengikuti dari depan atau dari belakang motor 1-2-3-4-5-6.
Motor Diesel 4-tack 6 silinder urutan pembakarannya = 1-5-3-6-2-4 ,
ada juga dengan urutan = 1-3-5-6-4-2 atau 1-4-2-6-3-5, dan bukan urut mengikuti dari depan atau dari belakang motor 1-2-3-4-5-6.
Jadi urutan pembakaran motor Diesel 4-tak ataupun 2-tak merupakan urutan pembakaran antar silinder yang disesuaikan dengan derajat engkol motor sesuai spesifik pembuatnya, (lihat tabel).
PERBANDNGAN KOMPRESSI
Perbandingan kompressi adalah perbandingan Volume udara pada awal kompressi dengan Volume udara pada akhir kompressi.
V awal komp. = (Vs – Vx ) + Vc
V akhir komp. = Vc
Perbandingan kompressi ( ∑ )
∑ = ( Vs – Vx ) + Vc
Vc
Derajat Pengisian (DP) perbandingan V awal komp. Dengan V langkah.
DP= ( Vs – Vx ) + Vc
Vs
Perbandingan kompressi adalah perbandingan Volume udara pada awal kompressi dengan Volume udara pada akhir kompressi.
V awal komp. = (Vs – Vx ) + Vc
V akhir komp. = Vc
Perbandingan kompressi ( ∑ )
∑ = ( Vs – Vx ) + Vc
Vc
Derajat Pengisian (DP) perbandingan V awal komp. Dengan V langkah.
DP= ( Vs – Vx ) + Vc
Vs
Kecepatan rata-rata Torak
Kecepatan rata-rata Torak (Cm) adalah kecepatan torak dalam menempuh lintasan di silinder liner pada satuan waktu.
Kecepatan rata-rata Torak (Cm) adalah kecepatan torak dalam menempuh lintasan di silinder liner pada satuan waktu.
Cm = 2 x S x n
Dimana S dalam satuan Meter dan n dalam RPS
Perhitungan Daya Motor
Konstanta silinder(K.sil.)= Volume langkah
K sil. = 0,785 D² S ( kerja tunggal )
Konstanta silinder(K.sil.)= Volume langkah
K sil. = 0,785 D² S ( kerja tunggal )
Konstanta Motor (K.m) = K.sil x Z.
Daya indikator kerja tunggal 2 tak;
Pi = 0,785.D².S.n.Z.pi.100.
Pi = 0,785.D².S.n.Z.pi.100.
Daya indikator kerja tunggal 4 tak
Pi = 0,785.D².S.n.Z.pi.50.
Pi = 0,785.D².S.n.Z.pi.50.
Perhitungan Daya Motor (lanjutan)
Daya Motor efektif kerja tunggal 2 tak;
Pe = 0,785.D².S.n.Z.pe.100.
Daya Motor efektif kerja tunggal 2 tak;
Pe = 0,785.D².S.n.Z.pe.100.
Konstanta silinder kerja ganda =
K.sil. = 0,785 (D – d)².S
K.sil. = 0,785 (D – d)².S
Perhitungan Daya Motor (lanjutan)
Daya indikator & efektif kerja ganda 2 tak;
Pi = 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pi.100
Pe= 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pe.100
Daya indikator & efektif kerja ganda 2 tak;
Pi = 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pi.100
Pe= 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pe.100
Daya indikator & efektif kerja ganda 4 tak;
Pi = 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pi.50
Pe= 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pe.50
Pi = 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pi.50
Pe= 0,785.(2D – d)².S.n.Z.pe.50
Rendemen - rendemen
Rendemen thermis (ɳth) perbandingan panas yang diserap silinder terhadap panas pembakaran bahan bakar.
Rendemen thermis (ɳth) perbandingan panas yang diserap silinder terhadap panas pembakaran bahan bakar.
ɳth = Qsil. = Pi = 1__
Qbb bi.Pi.NO bi.NO
Qbb bi.Pi.NO bi.NO
Rendemen Total (ɳtot.) adalah perbandingan panas yang diserap poros terhadap panas pembakaran bahan bakar.
ɳtot = Qporos = Pe___ = 1___
Qbb be.Pe.No be. NO
Qbb be.Pe.No be. NO
Rendemen mekanis (ɳm) adalah perbandingan panas yang diserap poros terhadap panas yang diserap silinder.
ɳm = Qporos = Pe = ɳtot = bi = pe
Qsilinder Pi ɳth be pi
ɳm = Qporos = Pe = ɳtot = bi = pe
Qsilinder Pi ɳth be pi
0 Komentar Untuk "Firing order motor diesel 4 tak"
Posting Komentar